إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 1 يناير - يونيو 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "إحياء العربية : السنة الثالثة العدد 1 يناير - يونيو 2017"

Transkripsi

1 AKHLAK SISWA DI MAL UIN SU MEDAN Ramadhani Hasibuan Pascasarjana UIN SU Medan Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana problema pembinaan akhlak siswa di tinjau dari sudut guru, siswa dan lingkungan sekolah, mengetahui pembinaan siswa melalui berbagai aktifitas belajar baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, dan mengetahui bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak siswa di MAL UIN SU Medan. Metode Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field research) yaitu peneliti melakukan penelitian langsung ke lokasi untuk mendapatkan dan mengumpulkan data. Penelitian yang dilaksanakan di lapangan adalah meneliti masalah yang sifatnya kualitatif, yakni prosedur data penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Artinya, peneliti menganalisis dan menggambarkan penelitian secara objektif dan mendetail untuk mendapatkan hasil yang akurat. Dalam penelitian deskriptif ini peneliti berusaha mencatat, menganalisis dan menginterpretasi kondisi yang ada. Artinya mengumpulkan informasi tentang keadaan yang ada dengan variabel yang menjadi indikasi dalam penelitian ini. Hasil yang didapat bahwa problematika pembinaan akhlak siswa di MAL UIN SU Medan ditinjau dari sudut guru berkaitan dengan pandangan guru yang masih keliru terhadap tugasnya. Perbedaan karakter siswa dan masa remaja dan kelabilan emosi, dan Suasana lingkungan pendidikan atau sekolah menjadi problem pembinaan akhlak siswa bagi guru. 93

2 Ramadhani Hasibuan : Akhlak Siswa di MAL UIN SU Medan Kata kunci: Akhlak, Siswa, guru, lingkungan sekolah. PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal dan informal di sekolah dan di luar sekolah. Akhlak siswa sebagai tolok ukur dari keberhasilan pendidikan, semakin memprihatinkan. Kecendrungan di lapangan menunjukkan perilaku siswa yang sukar dikendalikan. Nakal, keras kepala, berkurangnya rasa malu, kurangnya penghormatan siswa kepada orangtua dan guru, merebaknya pornografi dan pornoaksi, pola hidup materialistik, kurang mengerjakan tuntutan agama (ibadah). Semua ini semakin mengkristal dalam pola hidup bebas dan hilangnya pedoman mana yang baik dan mana yang tidak baik, jauh dari tuntunan agama yang dianut. Secara psikologi, faktor yang mengakibatkan siswa melakukan hal-hal yang amoral yang tidak hanya didorong oleh keadaan lingkungan, tetapi dipengaruhi juga dengan terjadinya perubahan pada diri remaja. Karena siswa yang duduk di Mal Uin Su dapat dikategorikan kepada remaja yang sedang mengalami masa transisi. Maksudnya adalah masa dimana seseorang mulai merasakan perubahan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Masa ini dimulai dari umur 13 tahun dan batasnya sampai umur 21 tahun. (Darajat, 1982: 10) Dalam hal ini, mereka perlu mendapat pembinaan secara totalitas, baik dari sisi intelektual, moralitas dan agama, agar mereka memiliki perilaku terpuji. Pada masa transisi seperti yang sedang dialami anak setingkat pendidikan lanjutan pertama dan atas, maka perlu dilakukan penanaman akidah secara baik, sehingga timbul sebuah keyakinan pada diri mereka tentang keesaan Allah Swt dan peran Nabi Muhammad Saw sebagai pembawa risalah yang perintahnya untuk dikerjakan dan larangannya untuk ditinggalkan. Pembinaan tersebut dapat dilakukan di rumah tangga, di sekolah 94

3 maupun di dalam lingkungan pergaulan setiap hari. Karena ketiga komponen tersebut dianggap sebagai sekolah bagi pembentukan kepribadian dan akhlak seorang anak. Jadi pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan baik di lingkungan keluarga, di sekolah maupun di masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur. Sekolah sebagai salah satu tempat pembinaan siswa, didorong untuk mempersiapkan siswa menjadi orang yang berakhlak baik. Pembinaan akhlak di sekolah dapat dilakukan dengan cara memperhatikan tempat bergaul anak dengan teman sebaya yang steril dari perbuatan-perbuatan tercela. Selain itu, pembinaan akhlak dapat juga dilakukan melalui pembelajaran akidah akhlak yang memuat materi-materi untuk mengarahkan siswa pada sikap terpuji dan menjauhi sikap tercela. Bila uraian di atas dikaitkan dengan kondisi siswa di MAL UIN SU Medan, maka dapat dikatakan bahwa pembinaan akhlak yang dilakukan pada sekolah dilakukan secara berkesinambungan oleh dewan guru. Meskipun pembinaan akhlak dilakukan secara terus menerus, tetapi dari pengamatan sementara yang dilakukan, masih banyak siswa berkelakuan kurang baik. Dikatakan demikian, karena masih ada siswa yang bolos dari sekolah dan terdapat siswa yang meninggalkan shalat serta masih ada siswa yang tidak menghargai guru dan melawan kepada orang tua. Fenomena ini tentu harus lebih mendapatkan perhatian yang serius dari guru. Ukuran akhlak oleh sebagian ahli diletakkan sebagai alat penimbang perbuatan baik buruk pada faktor yang ada dalam diri manusia yang masyhur dengan istilah al-qanun adz-dzatiy dalam istilah asing disebut autonomous. Alat penimbang perbuatan ialah faktor yang datang dari luar diri manusia (al-qanun alkharijiy) baik yang bersifat 'urf atau dalam undang-undang hasil produk pikiran manusia dan kehendak dari Tuhan (Agama). Pada Madrasah Aliyah Laboratorium, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diberikan kepada siswa 90 menit (2 jam pelajaran) dalam seminggu bahkan kalau menurut kurikulum KTSP materi diberikan dengan alokasi 1 jam pelajaran, 95

4 Ramadhani Hasibuan : Akhlak Siswa di MAL UIN SU Medan sehingga menjadi 2 jam pelajaran dalam seminggu yang lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Kendala lainnya adalah kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekan nilai-nilai keyakinan tauhid dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam situasi yang lebih khusus, seperti di MAL UIN SU Medan, aplikasi kurangnya akhlak siswa dapat dijumpai pada beberapa temuan berikut (ini diperoleh berdasarkan observasi dan wawancara langsung dengan para siswa MAL UIN SU Medan kelas II dan III tahun ajaran 2016/2017). Pertama, siswa kurang menghormati guru, ini dapat dilihat ketika berjumpa siswa tidak menegur, menyapa dan tidak mengucapkan salam. Bahkan ada siswa yang mengejek gurunya karna melihat bentuk tubuh gemuk gurunya dan dari suara gurunya yang aneh. Kedua, banyaknya pelanggaran terhadap aturan-aturan sekolah yang dilakukan oleh siswa kelas II, seperti tidak disiplin dalam memakai seragam sekolah, terlambat, cabut/bolos tidak masuk 1 mata pelajaran duduk di kantin dan tidak mengikuti les/belajar tambahan sore, dan tidak mengikuti membaca Alqur an. Ketiga, siswa banyak yang tidak menjalankan perintah agama, seperti tidak melaksanakan ibadah shalat. Ini terbukti dari pengakuan jujur siswa kelas II MAL UIN SU Medan. Dari hasil wawancara penulis dengan siswa kelas II MAL UIN SU Medan. Dari rata-rata 30 orang siswa dalam satu kelas, yang melaksanakan shalat setiap hari untuk lima kali waktu shalat wajib berkisar 10 orang. 30 orang siswa yang tidak rutin melaksanakan shalat wajib. Dan ada sama sekali tidak melaksanakan shalat. Keempat, kurangnya perhatian siswa terhadap kebersihan lingkungan sekolah, apabila mereka diarahkan untuk mengambil sampah masih ada yang 96

5 menghindar dan membiarkan sampah begitu berterbangan disekitar halaman kelas, sekolah, dan tidak membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan. Kelima, masih ada siswa yang laki-laki berbicara tidak mempunyai aturan, bahkan siswa tersebut berkata kotor kepada temannya. keenam, pada tahun ajaran semester ganjil telah terjadi perkelahian siswa antar sekolah MAL UIN SU dengan sekolah SMK Negeri 11 yang terjadi di sekitar lingkungan MAL UIN SU. Dengan adanya permasalahan yang berkaitan dengan Akhlak, maka dalam penelitian ini penulis sangat tertarik untuk mengangkat permasalahan tentang Akhlak Siswa di MAL UIN SU Medan. HASIL DAN PEMBAHASAN Problematika pembinaan siswa di MAL UIN SU Medan ditinjau dari sudut guru berkaitan dengan pandangan guru yang masih keliru terhadap tugasnya. Guru merasa tugasnya dalam membina akhlak siswa sebatas di kelas, sehingga di luar kelas, luput dari perhatian sebagian guru. Perbedaan karakter siswa menjadi problem pembinaan akhlak siswa bagi guru di MAL UIN SU Medan. Siswa MAL UIN SU Medan adalah siswa yang sedang mengalami masa remaja dan kelabilan emosi, membuat guru semakin kewalahan dalam melakukan pembinaan akhlak siswa di MAL UIN SU Medan. Suasana lingkungan pendidikan atau sekolah, di sekolah sudah melakukan langkah-langkah membangun lingkungan sekolah yang nyaman bagi pembentukan akhlak siswa, tetapi lingkungan keluarga dan masyarakat pada sisi lain kurang mendukung. Ini disebabkan karena paradigma masyarakat yang salah, masih beranggapan kalau anaknya sudah disekolahkan, maka sekolah itulah yang bertanggung jawab untuk pembentukan akhlak anak. pembinaan siswa di MAL UIN SU Medan, pada aktifitas intrakurikuler sudah berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari mulai ada penambahan jurusan yaitu jurusan agama dan 97

6 Ramadhani Hasibuan : Akhlak Siswa di MAL UIN SU Medan penetapan mata pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa, serta penetapan guru yang akan mengajarkan masing-masing mata pelajaran di kelas, semuanya telah diatur dan disusun dengan baik. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut sangat mendukung bagi pembinaan akhlak siswa. Oleh karena itu, kedua kegiatan tersebut yakni intrakurikuler dan ekstrakurikuler tidak dapat dipisahkan terlebih dalam hal pembinaan siswa. PEMBAHASAN Pembinaan akhlak merupakan hal yang penting untuk dilaksanakan. Upaya mewariskan nilai-nilai luhur budaya kepada siswa dalam membentuk kepribadian yang intelek bertanggung jawab tersebut dapat dilakukan antara lain melalui pergaulan, memberikan suri tauladan, serta mengajak dan mengamalkan. Berangkat dari hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah dan guru-guru di MAL UIN SU Medan, ada tiga hal penting yang penulis identifikasi untuk kemudian dideskripsikan sebagai bagian dari upaya yang telah dilakukan guru akidah akhlak dan guru lain dalam meningkatkan akhlak siswa, yaitu menanamkan dan membangkitkan keyakinan beragama, menanamkan etika pergaulan dan menanamkan kebiasaan yang baik. a. Menanamkan dan membangkitkan keyakinan beragama Keyakinan terhadap Allah Yang Maha Esa adalah hal mutlak pertama dan utama yang perlu diyakinkan guru akidah akhlak MAL UIN SU Medan kepada siswa. Dalam upaya menanamkan keyakinan beragama, guru akidah akhlak melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Memberikan pemahaman tentang akhlak kepada Allah swt. Hal pertama yang ditanamkan kepada peserta didik adalah memberikan pemahaman tentang akhlak kepada Allah swt. Melalui ihsan. Adanya keyakinan bahwa Allah Maha melihat apapun yang dilakukan makhluknya akan memberikan motivasi bagi siswa untuk senantiasa melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Keyakinan tersebut ditanamkan melalui muhasabah yang dilakukan oleh guru PAI 98

7 pada setiap selesai salat berjama ah zuhur maupun pada kesempatan-kesempatan lain seperti peringatan tahun baru Islam dan pelaksanaan Pesantren kilat. Inilah salah satu upaya menumbuhkan kesadaran dari dalam diri siswa tentang Maha Kuasanya Allah swt. Kesadaran ini penting agar dalam beraktifitas senantiasa dilandasi dengan pengabdian terhadap Sang Pencipta. 2) Memberikan pemahaman untuk meneladani akhlak Nabi Muhammad saw. Nabi Muhammad saw. merupakan uswatun hasanah dalam segala aspek kehidupannya. Segala sifat beliau menjadi contoh teladan bagi umat manusia. Guru PAI seperti guru akidah akhlak MAL UIN juga berupaya memberikan pemahaman kepada siswa untuk meneladani hal-hal yang diambil dari sifat-sifat Rasulullah saw, misalnya kejujuran dan kedisiplinan yang diterapkan dalam berbagai aktifitas. Tidak hanya sampai di situ saja, guru Akidah Akhlak bahkan memberikan teladan baik dalam perkataan maupun perbuatan. b. Menanamkan etika pergaulan Dalam hal pergaulan, setidaknya ada tiga lingkungan pergaulan yang senantiasa diperhatikan oleh guru PAI yaitu pergaulan dalam lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Pentingnya keseimbangan antara ketiga lingkungan ini yang menjadikan pola pembinaan akhlak semakin mudah. Nilai-nilai yang telah ditanamkan dalam lingkungan sekolah, perlu mendapatkan apresiasi di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam berbagai kesempatan, seperti pada saat pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak ataupun pelaksanaan hari besar islam, peserta didik senantiasa diberikan pembinaan dan motivasi agar menjaga pergaulan sesuai dengan nilainilai Islam yang rahmatal lil alamin. 1) Akhlak dalam lingkungan keluarga Orang tua adalah sosok yang wajib dihormati, siswa di didik agar menghormati orang tuanya dengan cara tidak membantah dan mengikuti perintahnya, perintah yang sifatnya positif. Dalam setiap kesempatan, guru PAI 99

8 Ramadhani Hasibuan : Akhlak Siswa di MAL UIN SU Medan senantiasa memberikan teladan tentang tata cara berperilaku dan berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. 2) Akhlak dalam lingkungan masyarakat Masyarakat sebagai lembaga pendidikan nonformal memiliki pengaruh bagi siswa, adakalanya siswa terbawa dalam kondisi masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islami. Pada akhirnya, upaya penanaman akhlak yang dilakukan guru PAI di lembaga pendidikan formal, seakan tidak berfungsi. Oleh sebab itu, keteladanan dalam berperilaku di lingkungan masyarakat harus ditanamkan dalam diri siswa. Siswa yang merupakan bagian dari masyarakat yang nantinya akan berperan dalam lingkungan masyarakatnya. Sekecil apapun perannya dalam masyarakat nanti, nilai-nilai yang diterima akan memberikan pengaruh dalam kehidupannya. 3) Akhlak dalam lingkungan sekolah Di lingkungan pendidikan sekolah, siswa diajarkan etika pergaulan dengan teman sebaya, kakak kelas, adik kelas atau dengan guru dan pegawai selaku orang tua di sekolah. Bagi siswa, bukan hanya guru tertentu saja yang dihormati, namun semua guru sekalipun tidak mengajar secara formal di kelasnya juga harus dihormati dan diperlakukan layaknya orang tua. c. Menanamkan kebiasaan yang baik Keteladanan yang dicontohkan oleh guru PAI lebih mengarah pada komunikasi yang terjalin dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak. Intensitas kegiatan Pembelajaran PAI yang cukup tinggi di MAL UIN SU Medan memberikan kesempatan kepada guru PAI untuk memberikan keteladanan kepada peserta didik melalui pembiasaan. Beberapa nilai akhlak yang ditanamkan melalui pembiasaan ini antara lain: 1) Membiasakan untuk disiplin Sebagaimana halnya guru PAI terutama akidah akhlak yang memberikan keteladanan tentang disiplin, siswa juga dibiasakan untuk melakukan hal serupa. 100

9 Ada dua indikator yang bisa dilihat dari aspek kedisiplinan ini yaitu sikap siswa dalam kehadiran setiap pelaksanaan pembelajaran PAI dan setiap kegiatan ekstra kurikuler PAI serta sikap mereka pada saat kegiatan berlangsung. Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, siswa diharapkan hadir tepat waktu. Artinya, pada saat acara berlangsung, siswa harus sudah berada di lokasi. Hasil wawancara penulis dengan salah satu siswa mengungkapkan bahwa Kami selalu di ingatkan oleh guru piket untuk selalu hadir tepat waktu dalam setiap kegiatan belajar mengajar dan kegiatan ekstra kurikuler, supaya tidak tertinggal dalam mengikuti pelajaran. (Thoriq Hidayat, Wawancara) Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan guru pembina yang menyatakan bahwa upaya memotivasi siswa untuk hadir dalam kegiatan pembelajaran akidah akhlak dan ekstra kurikuler PAI senantiasa dilakukan. Siswa diberikan keyakinan tentang pentingnya kehadiran tepat waktu dalam setiap kegiatan, karena waktu itu sangat berharga. (Erwita, wawancara) 2) Membiasakan untuk bertanggung jawab Upaya yang dilakukan guru akidah akhlak dan guru lainnya dalam membiasakan siswa/i di MAL Uin Su untuk bertanggung jawab, selain dengan senantiasa memotivasi dan memberikan pandangan positif tentang perilaku tanggung jawab, juga dilakukan dengan memberikan tugas-tugas yang harus diselesaikan dengan baik oleh peserta didik. Mereka yang diberikan tugas dan memahami bahwa tugas yang diemban kepadanya merupakan tanggung jawabnya, maka ia akan melaksanakan dan mengembangkannya dengan baik. Selain perilaku tanggung jawab, dapat ditambahkan lagi jujur, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro aktif untuk kompetensi yang harus dikembangkan peserta didik dalam pembelajaran akidah akhlak. Berkaitan dengan penyelesaian tugas sebagai tanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar dan kegiatan ekstra kurikuler PAI, berdasarkan pada 101

10 Ramadhani Hasibuan : Akhlak Siswa di MAL UIN SU Medan hasil wawancara penulis dengan guru PAI yang menunjukkan bahwa umumnya siswa/i di MAL UIN SU Medan dalam melaksanakan tugasnya memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melaksanakannya dengan baik. Ibu Misbah mengungkapkan: Ketika mereka diberikan tugas, misalnya menjadi panitia pelaksana kegiatan atau petugas dalam mengisi kegiatan petugas kultum dan mengerjakan latihan soal di buku lembar kerja siswa selalu dilakukan dengan sepenuh hati dan sungguhsungguh. Mungkin ada beberapa yang tidak bertanggung jawab tapi sangat sedikit jumlahnya. Kami, guru PAI selalu berupaya memotivasi mereka, memberikan keteladanan dan berupaya memberikan pembiasaan tentang sikap tanggung jawab sebagai ciri seorang muslim. (Misbah, wawancara) Dalam wawancara yang penulis lakukan dengan siswa, ditemukan bahwa sikap mereka ketika mendapatkan tugas dalam kegiatan belajar mengajar umumnya melaksanakan tugas yang diberikan dengan penuh tanggung jawab. Adapun sebagian kecil lainnya menyatakan bahwa mereka tetap melaksanakan tugas yang diberikan tapi tidak dengan sepenuh hati. 3) Membiasakan untuk melakukan hubungan sosial Siswa merupakan bagian dari anggota masyarakat, oleh sebab itu siswa juga tidak bisa lepas dari hubungan sosial dengan lingkungannya. Dalam lingkungan pendidikan formal, setidaknya ada beberapa unsur yang senantiasa harus dijaga keharmonisannya, seperti hubungan antara siswa dengan guru dan juga hubungannya dengan sesama siswa. Sikap sosial yang ditunjukkan oleh siswa di MAL UIN Su Medan berkaitan dengan hubungan siswa dan guru serta teman lainnya tercermin dalam tingkah laku mereka sehari-hari di sekolah. Dari hasil pengamatan penulis, pada hari rabu tanggal 18 september 2016, pada pukul wib di halaman depan sekolah MAL UIN SU Medan, ketika siswa/i tiba di gerbang sekolah terlihat mereka yang berjalan kaki langsung memberi salam dan mengulurkan tangannya kepada guru piket yang telah berdiri di pintu gerbang menyambut kedatangan mereka, sementara beberapa siswa yang menaiki kendaraan berhenti sejenak sekedar untuk memberi salam kepada 102

11 gurunya dan ada juga yang tidak berhenti hanya mengendarai dengan perlahan kendaraannya sambil mengangkat tangan memberi salam. Ketika penulis berkesempatan mewawancarai salah satu guru piket yang bertugas pada hari itu, beliau mengatakan kami yang bertugas piket salah satu kewajiban kami ialah ketika waktu pagi ada diantara kami yang berdiri di gerbang sekolah menanti kedatangan siswa agar siswa kami tidak terlambat dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bersalaman dengan guru sehingga terjalin keharmonisan antar warga sekolah. ( Yogi, wawancara) Hal tersebut di benarkan oleh salah seorang guru yang mengatakan bahwa setiap guru yang bertugas piket diwajibkan untuk menyambut kedatangan siswa di pintu gerbang sekolah sebelum proses belajar mengajar berlangsung dan siswa/i juga dibiasakan bersalaman dengan setiap guru yang mereka jumpai ketika sampai di sekolah baik guru yang bertugas piket maupun tidak. (Junita Manurung, wawancara) Salah seorang guru bimbingan dan konseling mengungkapkan bahwa budaya salam dan saling menghormati sesama siswa telah mengakar pada setiap siswa, sehingga suasana sekolah aman dan damai tidak didapati masalah yang terjadi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa, bila ada yang terjadi hanya sekedar masalah biasa yang tidak menimbulkan efek pada keharmonisan mereka. (Farida, wawancara) Hal ini memberikan indikasi bahwa antara siswa dan guru di MAL UIN SU Medan, memiliki hubungan yang harmonis. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Ibu Misbah, bahwa selama kurang lebih 6 tahun beliau mengajar di sekolah ini, belum pernah ditemui siswa yang bermasalah dengan guru. Selama ini, semua berjalan dengan baik. (Misbah Lubis, wawancara) Demikian pula halnya dengan hubungan siswa dengan siswa, dari hasil wawancara penulis dengan ketua OSIS MAL UIN SU Medan ditemukan bahwa hubungan siswa dengan siswa MAL UIN SU Medan berjalan dengan harmonis, 103

12 Ramadhani Hasibuan : Akhlak Siswa di MAL UIN SU Medan hal ini tergambar dalam hasil wawancara penulis dengan ketua OSIS MAL UIN SU Medan yang mengatakan bahwa: Di antara program kerja OSIS ialah memberi bantuan kepada teman kami yang ditimpa musibah dengan cara memberi pertolongan berupa sumbangan apa adanya, demikian pula jika salah satu orang tua mereka meninggal dunia maka kami berkunjung ke rumah tersebut untuk turut berduka cita atas musibah yang menimpanya. (Ismail, wawancara) Penulis menambahkan dari hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan terhadap sebagian siswa/i MAL Uin Su pada hari jumat setelah pulang sekolah, sebagian siswa di kelas XI terjadi perkelahian dengan siswa SMK Negeri 11 Medan. Masing-masing dari siswa yang berbeda sekolah tersebut melempar lawannya dengan batu, siswa kelas X dan XII juga ikut membantu melempar siswa SMK, sebagian siswi yang melihat kejadian tersebut melaporkan kepada guru nya yang masih berada di MAL karena guru-guru mereka sedang rapat. Semua guru yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru akidah akhlak, guru BK dan guru lainnya berusaha menghentikan tawuran tersebut. Terlihat siswa yang luka dan sebagian siswa/i takut untuk pulang. Dan akhirnya kepala sekolah melarang untuk siswa untuk tidak keluar dari gerbang, karena takut terjadi tawuran lagi. Sedangkan hasil wawancara penulis dengan siswa kelas XI jurusan Ipa, setelah 3 tahun berlalu baru tahun ini terjadi kembali tawuran dengan SMK 11. Mereka mengatakan siswa SMK 11 yang pertama kali memancing perkelahian. Dan berlanjut untuk membalasnya. (Sonnia, wawancara) 4) Membiasakan untuk melakukan ibadah ritual Membiasakan ibadah ritual sebagai bentuk pengamalan terhadap ajaran Islam yang perlu dibiasakan terhadap siswa. Salat yang dilaksanakan lima kali dalam sehari semalam, sesungguhnya tidak bisa dipantau secara keseluruhan oleh guru MAL. Namun dengan upaya penanaman kesadaran dan pembiasaan di lingkungan pendidikan formal yang diharapkan mampu menjadikan ibadah ritual sebagai bagian dari kehidupan siswa. 104

13 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Problematika pembinaan akhlak siswa di MAL UIN SU Medan ditinjau dari sudut guru berkaitan dengan pandangan guru yang masih keliru terhadap tugasnya. Guru merasa tugasnya dalam membina akhlak siswa sebatas di kelas, sehingga di luar kelas, luput dari perhatian sebagian guru. Perbedaan karakter siswa menjadi problem pembinaan akhlak siswa bagi guru di MAL UIN SU Medan. siswa MAL adalah siswa yang sedang mengalami masa remaja dan kelabilan emosi, membuat guru semakin kewalahan dalam melakukan pembinaan akhlak siswa di MAL UIN SU. Suasana lingkungan pendidikan atau sekolah termasuk problema yang dihadapi oleh MAL UIN SU Medan dalam membina akhlak siswa. Di satu sisi sekolah sudah melakukan langkah-langkah membangun lingkungan sekolah yang nyaman bagi pembinaan akhlak siswa, tetapi lingkungan keluarga dan masyarakat pada sisi lain kurang mendukung. Ini disebabkan karena paradigma masyarakat yang salah, masih beranggapan kalau anaknya sudah disekolahkan, maka sekolah itulah yang bertanggung jawab untuk pembentukan akhlak anak. Pembinaan siswa di Mal Uin Su Medan, pada aktifitas intrakurikuler sudah berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari mulai ada penambahan jurusan yaitu jurusan agama dan penetapan mata pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa, serta penetapan guru yang akan mengajarkan masing-masing mata pelajaran di kelas, semuanya telah diatur dan disusun dengan baik. Sedangkan melalui aktifitas ekstrakurikuler yang dilaksanakan di Mal Uin Su Medan, juga telah berjalan dengan baik, bahkan ekstrakurikuler menjadi salah satu bagian terpenting dalam pembinaan akhlak siswanya. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut diantaranya program mengaji/membaca Al-Qur an sekali seminggu, kultum setiap hari jumat, diadakan PHBI seperti Maulid Nabi Muhammad Saw, Isra Mi raj dan Tahun Baru Islam 1 muharram. 105

14 Ramadhani Hasibuan : Akhlak Siswa di MAL UIN SU Medan Ada beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak siswa di MAL UIN SU Medan yang dapat penulis identifikasi sebagai berikut: faktor pendukung yang meliputi kebijakan yang digagas guru dan siswa melalui oganisasi intra dan ekstra madrasah. Adanya tambahan mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang MA antara lain: Seni Budaya, Biologi, Matematika, Bimbingan Konseling, Sejarah, Geografi, Bahasa Arab, Mandarin, Bahasa Indonesia, TIK, Sosiologi, Elektro, Akidah Akhlak, Tauhid, Tafsir, Bahasa Inggris, Penjas, Qur an Hadis, Kimia, Fisika, Fiqih, SKI, Ekonomi, PPkn. Dan Guru-guru agama membentuk korp mubaligh dari siswa seperti mengadakan kursus kader dakwah. Dan Faktor penghambat, dari faktor internal yang meliputi kemauan siswa itu sendiri karena tidak semua siswa sama dan masih ada siswa yang sulit dibina. Dan yang kedua adalah berasal dari guru yang belum siap untuk maju dan menganggap pembinaan akhlak siswa semata-mata tanggung jawab guru Bimbingan Konseling. Adapun faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga dan masyarakat, bahwa banyak keluarga atau kalangan masyarakat secara umum memiliki paradigma yang salah terhadap pendidikan/sekolah. Hal ini yang terjadi di keluarga dan masyarakat. ada anggapan di masyarakat bahwa tugas mendidik anak hanya dibebankan kepada sekolah. Sementara masalah pembinaan akhlak atau budi pekerti diserahkan kepada sekolah. Anak kehilangan perhatian orangtua, sehingga mencari penggantinya di luar rumah. SARAN Disarankan kepada guru, bahwa untuk dapat mengatasi problematika pembinaan akhlak siswa di MAL UIN SU guru harus merubah pandangannya, menyadari dirinya bukan hanya sekedar pengajar di kelas, tetapi tugasnya juga mencakup pembinaan moral dan akhlak siswa di luar kelas. 106

15 Disarankan kepada pengelola MAL UIN SU, bahwa disamping penyusunan kurikulum dan peningkatan kompetensi guru, pengelola MAL UIN SU juga harus memperhatikan metode pembinaan akhlak yang relevan dengan situasi dan kondisi siswa di MAL UIN SU. Disarankan kepada siswa, agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik, mematuhi peraturan yang telah dibuat di sekolah. Karena peraturan tersebut bertujuan baik untuk kemaslahatan siswa di masa yang akan datang. Disarankan kepada orang tua, dan masyarakat tempat tinggal siswa serta masyarakat di sekitar sekolah. Agar turut mendukung pembinaan akhlak yang telah dirancang dan diprogramkan oleh pengelola MAL UIN SU, agar terwujudnya Madrasah Aliyah Laboratorium yang berkualitas dalam pembinaan ke Islaman, ke Ilmuan dan ke Indonesiaan. PUSTAKA ACUAN Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, Daradjat, Zakiah, Pendidikan Agama dan Akhlak bagi Anak dan Remaja, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Muhajir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, Syaodih Sukmadinata, Nana, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN 74 BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Karakter Siswa di Madrasah Tsanawiyah YMI Wonopringgo Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN A. Analisis Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa-Siswi SD Negeri Salit Kajen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek kehidupan yang harus dan pasti dijalani oleh semua manusia di muka bumi sejak kelahiran, selama masa pertumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah culture transition (transisi kebudayaan) yang bersifat dinamis kearah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan), maka pendidikan dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Proses pembelajaran Akidah Akhlak merupakan pembelajaran yang lebih menekankan penguasaan teori dan praktik, karena mata pelajaran Akidah Akhlak berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi kegiatan amaliah dan diniah penting untuk diterapkan di sekolah sebagai wujud pembiasaan dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam, terlebih untuk anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pembangunan mental dan akhlak. Jika kita mempelajari pendidikan agama, maka akhlak merupakan sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG BAB IV ANALISIS TENTANG PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH TERPADU (MIT) NURUL ISLAM RINGINWOK NGALIYAN SEMARANG A. Analisis Tujuan Pendidikan Kecerdasan Spiritual Segala macam usaha

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA 4.1. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Proses Bimbingan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian generasi muda. Gejala kemerosotan moral antara lain diindikasikan dengan merebaknya kasus penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap problematika penanaman

Lebih terperinci

Struktur Kurikulum 2013 MI

Struktur Kurikulum 2013 MI MADRASAH IBTIDAIYAH Struktur Kurikulum 2013 MI MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU BELAJAR PER-MINGGU I II III IV V VI Kelompok A 1. Pendidikan Agama Islam a. Al-Qur an Hadis 2 2 2 2 2 2 b. Akidah Akhlak 2 2

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikannya sesuai fokus. penelitian yang telah dirumuskan sebagai berikut :

BAB V PEMBAHASAN. dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikannya sesuai fokus. penelitian yang telah dirumuskan sebagai berikut : BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini dilakukan dengan merujuk pada hasil paparan data dan temuan penelitian yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Pada uraian ini peneliti

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN LAPANGAN. Tulungagung, di dapatkan hasil wawancara sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN LAPANGAN. Tulungagung, di dapatkan hasil wawancara sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN LAPANGAN A. Paparan Data Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan di antaranya guru akidah akhlak, waka kesiswaan dan siswa di Madrasah Aliyah Negeri 2 Tulungagung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru merupakan figure seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi 99 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR KURIKULUM

BAB II STRUKTUR KURIKULUM BAB II STRUKTUR KURIKULUM A. Kompetensi Inti Kompetensi Inti (KI) kurikulum adalah pengikat berbagai kompetensi dasar yang harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata pelajaran serta berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom 1. Remaja melakukan penyimpangan karena kurangnya pengetahuan agama. Akhlak remaja adalah tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu

BAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Temuan Penelitian 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran beribadah siswa Perencanaan yang dilakukan guru Pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an telah melakukan proses penting dalam pendidikan manusia sejak diturunkannya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ayat-ayat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. melakukan pembiasaan dalam pendidikan karakter. Pada masing-masing

BAB V PEMBAHASAN. melakukan pembiasaan dalam pendidikan karakter. Pada masing-masing 164 BAB V PEMBAHASAN A. Peran guru sebagai motivator dalam pendidikan karakter pada kurikulum 2013 Dalam perannya sebagai motivator guru memotivasi siswa untuk melakukan pembiasaan dalam pendidikan karakter.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG 77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cerita atau jalan untuk mengembangkan dan mengarahkan dirinya menjadi sosok manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan sempurna.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di tengahtengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi. Sikap dan perilaku

Lebih terperinci

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran dan fungsi ganda, pertama peran dan fungsinya sebagai instrumen penyiapan generasi bangsa yang berkualitas, kedua, peran serta fungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah. terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah. terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskriptif Data 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung Pembinaan akhlak menjadi prioritas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU DRS. AHMAD EDDISON, M.Si. Dosen Program Studi PPKn FKIP Universitas Riau, Pekanbaru, Riau E-mail: ahmadeddison@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap tidak sopan dan tidak bertanggung jawab terhadap tindakannya. Hal ini bisa dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan setiap manusia untuk memiliki suatu pengetahuan tertentu. Peranan dari pendidikan adalah untuk mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Dari penjelasan bab bab sebelumnya, maka terdapat simpulkan penelitian sebagai berikut: 1. Pelaksanaan bimbingan tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP N 39 Semarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN JUZ I DI PONDOK

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN JUZ I DI PONDOK BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN JUZ I DI PONDOK PESANTREN AL-MASYHAD MANBA UL FALAH SAMPANGAN PEKALONGAN A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL 71 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL Sekolah merupakan institusi yang bertanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pembahasan hasil penelitian tentang Efektifitas Kegiatan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pembahasan hasil penelitian tentang Efektifitas Kegiatan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan hasil penelitian tentang Efektifitas Kegiatan Ekstrakurikuler Bernuansa Islam Dalam Meningkatkan Akhlak Siswa di UPTD SMP Negeri 1 Ngunut Tulungagung, dapat

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan didefinisikan dengan educations, is a process or an activity which is directed at producing desirable changes in the behavior of human beings 1 (pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

Terpuji Siswa Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Syafi iyah Proto 01. metode deskriptif yaitu menggambarkan fenomena fenomena yang ada

Terpuji Siswa Madrasah Ibtidaiyah Salafiyah Syafi iyah Proto 01. metode deskriptif yaitu menggambarkan fenomena fenomena yang ada BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM PENANAMANAKHLAK TERPUJI SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH SALAFIYAH SYAFI IYAH PROTO 01 KEDUNGWUNI PEKALONGAN A. Analisis Implementasi Metode Pembiasaan Dalam

Lebih terperinci

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH (Studi Kasus di SMK Negeri 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua. Manusia mengalami proses

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG A. Analisis relevansi kurikulum dengan perkembangan sosial Perkembangan sosial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan bagi pembentukan karakter bangsa sangat strategis tujuannya. Pendidikan karakter saat ini merupakan topik yang banyak digerakkan dikalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Konsep Pendidikan Moral Siswa di MTs Hasbullah Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita ketahui bahwa keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita ketahui bahwa keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kita ketahui bahwa keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak. Anak berkedudukan sebagai anak didik dalam sebuah keluarga. Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara padu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum berarti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupannya pada taraf hidup yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan terhadap implementasi pembelajaran pendidikan agama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI REMAJA TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DI DESA PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERSEPSI REMAJA TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DI DESA PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG BAB IV ANALISIS PERSEPSI REMAJA TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DI DESA PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG Pada bab ini akan dibahas analisis dari hasil penelitian bab sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia merupakan hal yang sangat mendasar, karena itu nilai ini harus senantiasa ditanamkan sejak dini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan

BAB I. Pendahuluan. Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama manusia menggunakan bahasa. Seiring dengan perkembangan dan perubahan jaman, bahasa menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal.

BAB I PENDAHULUAN. 4 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dimulai dengan adanya dorongan, semangat, dan upaya yang timbul dalam diri seseorang sehingga orang itu melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A. 56 BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A. Analisis Moral Klien Anak di Balai Pemasyarakatan Klas I Semarang

Lebih terperinci

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW 1435 H / 2014 H TANGGAL 20 JUNI 2014

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW 1435 H / 2014 H TANGGAL 20 JUNI 2014 KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN PADA ACARA PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW 1435 H / 2014 H TANGGAL 20 JUNI 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan pendidikan yang memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran keikhlasan, kejujuran, keadilan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN Mengenai analisis dalam bab ini, penulis berpijak pada rumusan masalah sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era global yang terus berkembang menuntut manusia untuk lebih dapat beradaptasi serta bersaing antara individu satu dengan yang lain. Dengan adanya suatu

Lebih terperinci

Lampiran 1: Pedoman Observasi PEDOMAN OBSERVASI

Lampiran 1: Pedoman Observasi PEDOMAN OBSERVASI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Pedoman Observasi : Pedoman Wawancara : Hasil Observasi : Hasil Wawancara : Surat Validasi

Lebih terperinci

USIA MENJELANG REMAJA MERUPAKAN MASA TRANSISI YANG KRUSIAL

USIA MENJELANG REMAJA MERUPAKAN MASA TRANSISI YANG KRUSIAL USIA MENJELANG REMAJA MERUPAKAN MASA TRANSISI YANG KRUSIAL Oleh: Nunung NS Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah sub mata pelajaran pada jenjang pendidikan menengah yang membahas ajaran Agama Islam dalam segi aqidah dan akhlak. Mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti untuk menjalankan hidup dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan setiap individu yang terlibat di dalam pendidikan itu dituntut untuk mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang perjalanan hidup manusia tidak akan terlepas dari apa yang disebut pendidikan dan sebuah proses belajar. Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, dari masa tanpa identitas ke masa pemilikan identitas diri.

Lebih terperinci

Pedoman Pengumpulan Data. 1. Wawancara Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Kebumen. a. Bagaimana sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Kebumen?

Pedoman Pengumpulan Data. 1. Wawancara Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Kebumen. a. Bagaimana sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Kebumen? Pedoman Pengumpulan Data 1. Wawancara Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Kebumen a. Bagaimana sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Kebumen? b. Apa visi dan Misi SMP Negeri 7 Kebumen? c. Apa saja sarana dan prasarana

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I IMPLEMENTASI KARAKTER BERSAHABAT DAN PEDULI SOSIAL PADA SISWA SMP (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Tari di SMP Negeri 1 Kalinyamatan Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Religiusitas Siswa hal Akidah Berdasarkan hasil wawancara narasumber, bahwa nilai aqidah sudah tertanam pada diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta didik. Diasumsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan dan menyelaraskan pembangunan dan kemajuan, maka nilai akhlak harus tetap dilestarikan dan ditanamkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang pembahasan hasil penelitian

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang pembahasan hasil penelitian BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Di dalam bab ini akan dibahas tentang pembahasan hasil penelitian yang meliputi beberapa hal penting dari hasil penelitian yang penulis lakukan di lapangan, yang diperoleh

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI)

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI) (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi seperangkat ajaran tentang

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa : Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok

Lebih terperinci